Kerja di rumah
Home » » Serba-Serbi Bayi Lahir Kekurangan Oksigen (okezone)

Serba-Serbi Bayi Lahir Kekurangan Oksigen (okezone)

KARENA menderita Diabetes mellitus, anak yang dilahirkan Anis (26) berbobot sangat besar sehingga mengalami kesulitan di jalan lahir. Menurut dokter, karena hal itu, bayinya bisa mengalami kekurangan oksigen yang bisa berakibat fatal seperti epilepsi, autisme, dan cerebral palsy (cedera otak).

Anak yang ketika bayi mengalami kekurangan oksigen dalam masa pertumbuhannya konon akan mengalami kesulitan belajar, sulit berkonsentrasi, masalah keseimbangan dan koordinasi tubuh. Sesungguhnya apa saja sih penyebab dan tanda-tanda bayi lahir kekurangan oksigen?

Lahir kekurangan oksigen (hipoksia janin)

Penurunan kadar oksigen bayi dalam darah disebut hipoksia perinatal atau janin. “Hipoksia janin juga dapat menyebabkan asfiksia neonatorum, keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan dan persalinan,” jelas dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Faktor penyebab

Berikut ini adalah beberapa penyebab seorang bayi dilahirkan kekurangan oksigen:

1. Gangguan sirkulasi menuju janin

   a. Gangguan tali pusat

* Lilitan tali pusat
Tali pusat bisa terpelintir atau tertekan selama masa persalinan yang berhubungan dengan posisi bayi. Tali pusat ini sangat penting karena janin bisa menerima semua nutrisi lewat ini, utamanya yang paling penting adalah oksigen. Jika tali pusat bengkok atau mampat selama persalinan maka bayi dalam posisi yang berbahaya.

* Simpul tali pusat
Ini biasa terjadi ketika bayi hendak dalam posisi turun. Gerakannya ketika turun terkadang membuat tali pusatnya melilit di leher. Pemantauan selama melahirkan harus cermat karena jika leher bayi terlilit tali pusat akan sulit mendapat pasokan oksigen.

* Posisi bayi saat keluar lahir
Jika proses kelahiran sulit maka si bayi kadang terjebak di jalur keluar saat akan keluar. Paramedis harus bergerak cepat agar bayi tidak terlalu lama di jalur keluar karena bayi akan kekurangan oksigen.

*Ketuban telah pecah jauh sebelum terjadinya proses persalinan
Kehamilan lewat waktu yang menyebabkan ketidak sanggupan plasenta untuk memberikan nutrisi dan pertukaran karbondioksida dengan oksigen, sehingga mempunyai risiko hipoksia bahkan asfiksia hingga kematian dalam rahim.

b. Pengaruh obat-obatan

Akibat pengobatan yang diberikan saat persalinan, seperti atropine, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesic narkotik.

2. Faktor ibu

* Tidak adanya kontraksi persalinan
Secara klinis, yang normal adalah minimal terjadi 3 kali kontraksi dalam sepuluh menit, biasanya durasinya selama 40-60 detik dan sifatnya kuat.

* Penyakit yang diderita ibu
Beberapa penyakit sistemik yang memungkinkan menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan, diantaranya:

- Gagal jantung
“Pada penderita gagal jantung yang berat, bisa diberikan obat bius epidural untuk mematikan rasa pada korda spinalis bagian bawah dan agar penderita tidak perlu mengejan selama proses persalinan berlangsung. Mengejan menyebabkan terganggunya penyerapan oksigen melalui paru-paru ibu sehingga jumlah oksigen yang sampai ke janin berkurang,” tutur dr. Karyanti.

- Hipertensi
”Pada wanita penderita hipertensi berat lebih sering terjadi abrupsio plasenta (pelepasan plasenta sebelum waktunya), menyebabkan terputusnya pasokan oksigen dan zat gizi kepada janin sehingga janin bisa saja meninggal. Bahkan meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta, hipertensi bisa menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dalam darah ke janin sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat,” jelasnya lagi.

- Diabetes mellitus
Bayi yang dilahirkan oleh penderita diabetes biasanya sangat besar meskipun selama hamil kadar gula darah ibunya normal. Operasi cesar juga dilakukan jika bayinya terlalu besar sehingga tidak dapat melewati jalan lahir atau mempersulit persalinan. “Bayi yang lahir dari penderita diabetes memiliki risiko menderita gangguan pernafasan, kadar gula darah dan kalsium yang rendah, sakit kuning dan jumlah sel darah merah yang meningkat. Namun kelainan ini bersifat sementara dan bisa diobati,” ungkap dr. Karyanti.

Tanda-tanda bayi kekurangan oksigen Berikut ini adalah tanda-tanda yang dapat diamati, diantaranya adalah:
 
* Bradikardia, yakni denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit. Takikardia, yaitu akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>160).
 
* Variabilitas denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti timbulnya depresi sistem syaraf otonom janin yang disebabkan oleh berbagai pengobatan yang diberikan pada Moms saat proses persalinan. Pola deselerasi (penurunan kecepatan nafas) yang berlanjut menunjukkan adanya hipoksia janin.
 
* Mengalami apnea atau napas berhenti dalam beberapa waktu dan sulit bangun dari tidurnya.
 
* Skor Apgar yang rendah, berkisar 0 - 3.
 
* Kejang pada 24 - 48 jam pertama setelah dilahirkan.
 
* Bila hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat hingga menyebabkan pH janin menurun. Bayi memiliki pH yang rendah, menunjukkan asam terlalu banyak dalam tali pusat yang disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen. Darah janin diindikasikan normal bilamana pH kulit kepala > 7.25 dan pH kulit kepala yang kurang dari 7.20 menandakan adanya hipoksia janin.
(Mom& Kiddie//ftr)

0 komentar:

Posting Komentar