Oleh Dr.Sudjarwo S, M.Sc (Direktur PAUD)

 Daya pikir atau bisa juga disebut tingkat kecerdasan anak usia dini merupakan modal dasar yang sangat menentukan arah kehidupan seseorang di masa dewasanya. Kecerdasan disini adalah kecerdasan komprehensif yang meliputi kecerdasan intelektual (IQ), emosional, sosial, spiritual, dan estetika. Kecerdasan komprehensif (seluruh jenis kecerdasan tersebut) merupakan satu kesatuan kecerdasan total yang idealnya dimiliki oleh setiap anak. Yang perlu juga diperhatikan juga bahwa satu kecerdasan dengan kecerdasn lainnya saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung jenis kecerdasan akan mempengaruhi jenis kecerdasan lainnya sekaligus mempengaruhi kinerja (performance) anak.
 Mencermati pendapat dan pemahaman seperti itu pendidikan dan pengasuhan sewaktu anak usia dini seyogyanya dilakukan secara komprehensif agar semua kecerdasan tersebut dapat berkembang secara simultan dan pesat.
 Keterbatasan akan kemampuan berfikir kritis dan kebugaran fisik anak usia dini misalnya, akan membatasi kesempatan anak tersebut dalam mengikuti proses pendidikan dan pengasuhan secara efektif dan optimal dan apabila kejadian ini terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama dan berkesinambungan besar kemungkinannya akan membatasi anak tersebut dalam meraih berbagai peluang yang menjadi dasar dalam menentukan jalan kihidupan di masa dewasanya.
 Kecerdasan dan kebugaran fisik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan sebagai modal dasar serta faktor yang tidak dapat ditawar-tawar bagi anak karena sangat menentukan masa depan seseorang. Artinya walaupun kebugaran fisik yang dimiliki seseorang setara dengan kebugaran fisik âMike Tisonâ tetapi apabila tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata maka anak tersebut akan menghadapi keterbatasan dalam meraih peluang untuk masa depannya.
 Sebaliknya walaupun seseorang itu sangat cerdas tetapi sakit-sakitan, daya tahan tubuhnya lemah sehingga tidak tahan terhadap tekanan fisik dan mental yang dialami dalam hidupnya, tentunya juga menjadi sulit untuk bias survive dalam kancah kehidupan yang sangat keras dan penuh dengan kompetisi bebas ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rene Spitz, yang dilakukan pada tahun 1940an secara singkat dapat dijelaskan bahwa anak yang secara ketat diasuh dalam lingkungan keluarga yang berlimpah perhatian, makanan, dan perawatan serta dirawat oleh ibunya sendiri yang tahu tentang pentingnya perawatan dan pengasuhan yang benar dan baik, akan tumbuh menjadi anak yang normal. Namun sebaliknya bisa saja anak yang diasuh dalam lingkungan keluarga yang berlimpah perhatian, makanan, perawatan dan dirawat oleh ibunya sendiri yang berpendidikan tinggi tetapi tidak tahu cara-cara pendidikan, perawatan dan pengasuhan yang benar dan baik, maka anaknya tidak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang normal. Karena otak anak yang ditumbuh kembangkan oleh keluarga seperti ini tidak akan berkembang secara pesat dan optimal diusia dininya, bahkan bisa jadi anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang kegemukan (obesitas), tidak tahu diri, selalu menyalahkan orang lain, pemarah, tidak bisa kerjasama dengan orang lain dan berperilaku negatif lainnya karena salah didik, salah asuh dan salah dalam merawatnya.
 Selanjutnya anak yang tumbuh dan berkembang dilingkungan yang kumuh dan terlantar dan perhatian keluarganya sangat kurang, makanan kurang dan kebutuhan gizi tidak terpenuhi, perawatannya dilakukan secara asal-asalan, pengasuhanya dilakukan dengan cara yang tidak benar dan tidak baik, maka anak seperti itu juga tidak akan berkembang dan tumbuh menjadi anak yang normal.
 Kekeliruan dalam pendidikan, pengasuhan dan perawatan bisa saja terjadi karena pengetahuan dan pengalaman orang tua tentang itu sangat terbatas, atau pendidikan orang tua cukup tinggi tetapi tidak tahu pengasuhan dan pendidikan yang benar. Selain itu, bisa saja karena pengaruh orang tua, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitarnya (ekologi manusia) yang salah. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa perilaku negatif dan terbatasnya perkembangan kecerdasan seseorang juga dipengaruhi oleh budaya yang dianut oleh keluarga dan masyarakatnya. Masyarakat melayu/Indo+nesia pada umumnya juga ada kecenderungan salah dalam melakukan pendidikan, pengasuhan dan perawatan pada anak usia dini. Sebagai contoh, anak sudah usia 2 tahun dan sehat tetapi karena saking sayangnya orangtuanya maka si anak selalu di gendong-gendong padahal dia sudah bisa berjalan dengan baik. Anak sampai usia 5 tahun setiap makan selalu disuapin dan tidak diajari cara makan sendiri karena alasan kasihan dan saying banyak makanan yang terbuang.
 Apabila ada anak terjatuh atau terbentur tembok dan menangis maka orangtua dan semua saudara mengkerubuti untuk berlomba-lomba mengangkatnya, menuangkan rasa kasih sayangnya secara berlebihan kemudian dengan lantangnya mereka berteriak: oh⦠itu lantainya nakal ya!!! Terus lantainya diinjak-injak rame-rame atau dindingnya di pukul rame-rame. Setiap tidur anak dikelonin sampai pagi dan tidak diajari tidur mandiri di tempat lain sampai anak tersebut usia 5 atau 6 tahun. Anak biasanya senang mencorat-coret dinding, pintu dan apa saja yang ia sukai. Anak seperti ini mestinya harus diarahkan untuk mencorat-coret di kertas saja dan diajari cara memegang pincil yang benar dan meletakan kertas yang benar, dsb.
 Berdasarkan temuan Spitz tersebut, Bapak penemu teori modern behaviorism John Watson mengatakan: âberikanlah kepada saya selusin bayi yang sehat, saya akan menjamin untuk melatih mereka untuk menjadi spesialis apa saja yang kita inginkan seperti menjadi doktor, ahli hukum, artis, kepala perdagangan, dan bahkan menjadi peminta-minta dan maling, karena ia tidak percaya pengaruh bakat, hoby, minat, kemampuan, lapangan pekerjaan, dan ras atau suku nenek moyangnyaâ. Di samping pendapat tersebut ada juga teori lain yaitu teori naturalisme yang mengatakan bahwa potensi kecerdasan dan faktor lain dari seseorang dipengaruhi oleh gene bawahaan orang tuanya. Tetapi menurut Acredolo dan Goodwyn (2000) pengaruh tersebut hanya pada struktur dasar otak yang terkait dengan kemampuan panca indra dan potensi itupun hanya dapat diekspose apabila perawatan, pendidikan dan pengasuhannya dilakukan secara baik dan benar. Dari kedua pendapat ahli tersebut jelas bahwa peranan stimulus yang dilakukan melalui pendidikan, pengasuhan, pemenuhan gizi yang memadai dan perawatan kesehatan anak secara baiklah yang akan menentukan kecerdasan komprehensif dan kebugaran anak di masa dewasanya.
 Selanjutnya perlu diperhatikan pula bahwa anak usia dini mulai sadar tentang keadaan di lingkungannya pada umumnya dimulai dari usia 2 bulan s/d 1 tahun terutama perhatian yang berkaitan dengan penglihatan, alat perabanya, dan alat pendengarannya, namun demikian perhatian yang berkaitan dengan indera lainnyapun sudah ada akan tetapi kadarnya masih relatif kecil.
 Melalui pengalaman panca inderanya itulah terjadi rangsangan terhadap neuron atau sel-sel otaknya baik rangsangan terhadap dendrite, axson maupun sinaps dalam otaknya yang kemudian membentuk hubungan neural sebagai dasar perkembangan emosi, sosial, dan intelektual seseorang. Apabila rangsangan-rangsangan ini terjadi secara terus-menerus dengan berbagai variasi jenis dan jumlah serta mutu rangsangannya serta terjadi di sepanjang masa usia anak-anak maka secara konstruktif akan meningkatkan kecerdasan intelektual dan kebugaran fisik dan mentalnya. Disinilah perlunya dirancang kegiatan-kegiatan pengasuhan yang secara langsung dapat mempercepat dan meningkatkan perkembangan kecerdasan komprehensif dan kebugaran fisik anak.
 Perlu diketahui juga bahwa perkembangan kecerdasan jamak anak usia dini juga sejalan dengan pertumbuhan berat otaknya. Secara umum berat otak sewaktu anak baru lahir rata-rata hanya sekitar 340 gram, sejalan dengan bertambahnya usia anak setelah anak berumur 1 tahun berat otak bertambah dengan pesat pula menjadi 1100 gram dan pada saat anak berusia 5 tahun berat otak bertambah menjadi 1480 gram.
 Oleh karena itu kemampuan anak menyimpan infomasinya juga bertahap sejalan dengan pertumbuhan berat otaknya. Itu artinya bahwa makin bertambah usia anak makin memungkinkan untuk diberi stimulasi yang semakin banyak, semakin kompleks dan semakin sulit.
 Pertumbuhan berat otak yang sangat pesat pada usia 0 s/d 5 tahun dan pertumbuhan berat otak yang relatif kecil setelah usia 8 tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan potensi kecerdasan juga terjadi secara linear dengan pertumbuhan berat otaknya dan hal ini terjadi sejak anak masih dalam kandungan. Namun perkembangan secara eksplosif terjadi pada usia 0 s/d 8 tahun.
 Dengan demikian pendidikan, pengasuhan, dan perawatan akan lebih tepat apabila dimulai sedini mungkin, bahkan sejak anak masih dalam kandungan dan jangan menunggu setelah anak berusia 7 tahun. Pertumbuhan berat otak yang berlipat-lipat pada usia 0 s/d 8 tahun tersebut juga merupakan indikasi bahwa pendidikan, pengasuhan dan perawatan akan lebih efektif apabila dimulai sejak anak masih dalam kandungan sesuai dengan taraf perkembangan dan usianya.
 Dengan memberikan pendidikan, perawatan dan pengasuhan kepada anak sejak anak dikandungan berarti kita telah menanamkan fondasi kecerdasan dan kebugaran secara tepat dan mapan. Makin bermutu pendidikan, pengasuhan dan perawatan yang dilakukan sejak usia dini maka makin kokoh fondasi kecerdasan yang dibangunnya. Ibarat membangun rumah, bagaimana-pun bagusnya rumah yang dibangun apabila fondasinya tidak kuat maka rumah tersebut akan mudah roboh dan mudah rusak. Demikianlah PAUD dapat diibaratkan.
Dalam hal peran orangtua dalam meningkatkan kecerdasan dan kebugaran anak usia dini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan dan kesanggupan orangtua dalam
pendidikan, pengasuhan dan perawatan bagi anak usia dini, maka semakin memungkinkan bagi orangtua untuk dapat melakukan stimulasi yang konstruktif dan bervariatif yang akan mempercepat perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan kebugaran anak.
 Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perkembangan kecrdasan anak akan semakin optimal apabila PAUD dimulai sedini mungkin. Memang ada juga teori yang menyatakan bahwa
kecedasan anak ditentukan oleh genes orangtuanya, tetapi menurut Acredolo dan Goodwyn (2000) pengaruh tersebut hanya pada jaringan (circuit) utama dalam otak yang mengontrol fungsi-fungsi dasar otak seperti fungsi perintah bernafas, detakan jantung, mengatur tergeraknya badan dan innate Reflexes, akan tetapi berkembang atau tidaknya triliunan sel otak yang dihubungkan secara komplek ditentukan oleh banyak dan kualitas stimulasi yang diperoleh anak pada usia-usia awal 0 s/d 8 tahun.
 Kemudian bagaimana cara kita menciptakan kondisi pengasuhan dan pembelajaran yang mengasyikan bagi anak agar potensi kecerdasan jamak dan kebugaran fisiknya berkembang dan bertumbuh secara pesat dan optimal?. Jawaban dari pertanyaan ini adalah secara teoritis maupun prakteknya dilapangan dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun metode atau strategi atau cara yang paling ampuh untuk mengkondisikan hal itu. Hal ini dilandasi oleh suatu persepsi dan kondisi sebagai berikut. Secara teoritis tidak ada dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam berbagai situasi pengajaran dan pengasuhan. Setiap anak mempunyai kondisi yang berbedabeda dan karakteristik/ciri-ciri yang berbeda pula. Katakanlah anak yang pendiam atau anak yang lambat dalam merespon setiap rangsangan tidak bisa diperlakukan sama dengan anak yang memiliki kesiapan prima untuk menerima rangsangan. Anak yang sangat aktif dalam berbagai hal juga tidak bisa diperlakukan sama dengan anak yang sikapnya sangat pasif.
 Anak yang extrofet juga memerlukan perlakukan pengasuhan yang berbeda dengan anak yang introfet, dst. Namun demikian, secara umum kondisi pengasuhan dan pembelajaran yang mengasyikan bagi anak agar potensi kecerdasan jamak dan kebugaran fisiknya berkembang dan bertumbuh secara pesat dan optimal dapat dijelaskan sebagai berikut.
 Pertama, jelaskan dan netralkan pengaruh orang tua agar orang tua tidak ambisius terhadap hasil belajar di usia dini karena biasanya orang tua menginginkan anaknya sudah lancar membaca, menulis, berhitung dan bisa berbicara beberapa bahasa asing. Orangtua yang tidak paham pendidikan di usia dini biasanya berharap setelah selesai dari TK anaknya menjadi superman. Jelaskan apa dan bagaimana itu PAUD.
 Kedua, identifikasi terlebih dahulu siapa saja anak yang sangat antusia, antusia, kurang antusia, tidak antusia, dan pasif dalam belajar, kemudian kelompokkan mereka menurut klasifikasi kesiapannya. Dari kondisi tersebut tutor dapat memilih dan menentukan metode mana yang paling sesuai untuk setiap sub kelompok anak tersebut.
 Ketiga, selenggarakanlah system pembelajaran yang demokratis, yang menyenangkan dan membuat ceria setiap anak, yang menyertakan setiap anak untuk terlibat aktif, yang adil dan penugasannya merata serta kalau memungkinkan diulang-ulang agar ada kesempatan untuk internalisasi/penguatan.
 Keempat, secara cermat dan tepat kegiatan pengasuhan dan pendidikannya harus merangsang secara seimbang antara potensi kecerdasan yang berasal dari otak kanan dan otak kiri secara kognitif, motorik dan afektif. Secara umum potensi kecerdasan otak kanan dan kiri setidak-tidaknya mencakup kecerdasan: berfikir logis/ matematis; kebahasaan; spasial/ ruang; kinestetika/ olahraga/olah tari dan gerak; komunikasi inter dan entrapersonal; serta seni dan musik.
 Kelima, adanya kesinambungan dan kesamaan antara pengasuhan dan pendidikan
di PAUD dengan di rumah orang tuanya. Ini artinya bahwa orang tua anak harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kemauan untuk melakukan seperti yang dilakukan di kelompok PAUD. Kesiapan orang tua untuk menjadi tutor penyambung di rumahnya sangat penting mengingat dari 24 jam sehari, sedikitnya 20 jam anak ada di bawah naungan dan tanggungjawab orang tuanya. Apabila intensitas pengasuhan dan pendidikan anak usia dini di rumah dan di lembaga PAUD sudah setara dan dilakukan secara berkelanjutan maka anak akan tumbuh dan berkembangn secara cerdas dan sehat.
 Keenam, dorong anak untuk mengekspresikan apa saja yang mereka inginkan dengan bimbingan dan arahan yang terstruktur dan konstruktif dari para tutor di lembaga PUD dan orang tuanya di rumah. Demikianlah sekilas tentang pengasuhan dan pendidikan yang berpotensi meningktakan dan memeprcepat kecrdasan dan kebugaran anak usia dini.
0 komentar:
Posting Komentar