BANTUL, KOMPAS.com - Sebanyak 238 balita di Bantul menderita gizi buruk. Satu anak di antaranya bahkan meninggal, setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito.
Sebanyak 44 persen penderita gizi buruk saat ini menderita sejumlah penyakit seperti embrio TBC dan infeksi saluran pernafasan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, dr Siti Noor Zaenab Syech Said, Senin (17/5/2010) mengatakan, sekitar 60 persen kasus gizi buruk di Bantul terjadi karena faktor kemiskinan dan sisanya karena perilaku orangtua. Orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas masing-masing sehingga perkembangan gizi anak kurang terpantau dengan baik.
Menurutnya, data gizi buruk sampai akhir Maret tercatat 238 kasus. Bulan Februari angkanya baru 198 kasus. Sepanjang Maret terjadi penambahan kasus baru sebanyak 39 penderita, dan kasus kambuhan sebanyak 32 penderita.
Gizi buruk memang rawan kambuh, terutama saat pemberian makanan tambahan dihentikan. "Keluarga miskin tidak mampu mengganti gizi tambahan yang diberikan pemerintah," kata dr Siti.
Pemerintah Kabupaten Bantul memberikan gizi tambahan untuk penderita gizi buruk selama enam bulan berturut-turut. Tiap hari mereka menerima asupan makanan senilai Rp 5.000. "Karena hanya diberikan enam bulan saja, biasanya setelah gizi buruk kambuh," ujar dr Siti.
0 komentar:
Posting Komentar