Kerja di rumah
Home » » BOORWATER UNTUK CUCI MATA? AWAS, BAHAYA! « Keluarga Sehat Keluarga ...

BOORWATER UNTUK CUCI MATA? AWAS, BAHAYA! « Keluarga Sehat Keluarga ...


sumber :

www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06277&rubrik=sehat

Meski belum ada penelitian resmi, penggunaan boorwater diduga dapat
menyebabkan mata kering. Bahkan bisa mengakibatkan gangguan fungsi hati pada
penggunaan jangka panjang. Benarkah?

Siapa yang tak kenal boorwater? Selama ini air yang diklaim suci hama
tersebut lazim digunakan sebagai obat pencuci mata. Kala mata merah, perih,
atau bengkak, boorwater-lah obatnya. Selain itu boorwater dapat dipakai
untuk mencuci kulit yang terluka. Tak heran kalau di banyak keluarga
boorwater selalu tersedia di kotak obat. Padahal seperti dituturkan dr. Hadi
Prakoso, Sp.M, penggunaan boorwater berisiko menyebabkan gangguan pada mata.
“Penggunaan boorwater terus-menerus dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan
mata kering.” Itu sebabnya, opthalmologist atau dokter spesialis mata dari
Klinik Mata Nusantara ini tidak menganjurkan pemakaian boorwater kepada
pasiennya.

Lebih lanjut Hadi menjelaskan bahwa indra penglihatan sebenar-nya sudah
dilengkapi oleh mekanisme pembersihan diri. Setiap kali berkedip, saat
itulah air mata keluar untuk membersihkan mata. Lewat air mata,
kotoran-kotoran di mata dibersihkan dan dibuang keluar. Selain itu mata juga
mampu membuang kuman dan bakteri yang ada di mata. “Air mata mengandung
lisozim, betasin, Imunoglobulin A, dan Imunoglobulin G yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri,” tambah Hadi pula.
Barulah pada kasus-kasus tertentu dimana mata tidak bisa memfungsikan
mekanisme pembersihannya, seperti pada kasus gangguan mata berat, mau tidak
mau harus digunakan obat-obatan dan tindakan lain yang diperlukan.

GANGGUAN SARAF & FUNGSI HATI
Senada dengan Hadi, farmakolog DR. dr. Ernie Purwaningsih, MS., menuturkan
bahwa boorwater sebetulnya merupakan larutan air dan asam borat. Jenis asam
inilah yang diyakini berbahaya bagi mata anak. Asam borat merupakan senyawa
kimia berbentuk kristal lunak yang memiliki sifat antiseptik dan mudah larut
dalam air. “Kandungan asam borat yang terdapat pada boorwater adalah 3%. Ini
merupakan konsentrasi ideal dan berlaku standar sebagai obat di seluruh
dunia. Jika lebih dari 3 persen, dikhawatirkan asam boratnya akan mengendap
dalam air. Sebaliknya, jika kandungannya di bawah 3%, kemungkinan
efektivitasnya sebagai antiseptik akan berkurang,” ujar Ernie.

Lalu kenapa boorwater dianggap membahayakan mata anak? Karena mukosa atau
selaput mata mata anak lebih tipis dibanding selaput mata orang dewasa,
hingga lebih mudah teriritasi. Selain itu, gangguan mata seperti mata merah
yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah akan memudahkan asam borat
yang terkandung dalam boorwater terserap masuk ke dalam tubuh.

Akibatnya, obat yang seharusnya berefek topical atau mengobati gangguan di
bagian luar mata saja akan menjadi racun di dalam tubuh. Semakin tinggi
intensitas pemberian boorwater akan kian banyak pula asam borat yang masuk
ke dalam tubuh. Jika pemakaian dilakukan dalam jangka panjang, asam borat
yang terakumulasi dalam tubuh akan mengganggu fungsi hati dan menimbulkan
gangguan susunan saraf pusat yang bisa “terbaca” lewat gejala kejang-kejang
dan demam tinggi.

Namun semua zat kimia yang masuk ke dalam tubuh pastilah terlebih dulu
mengganggu lokasi penyerapannya. Ernie mencontohkan asam borat yang tertelan
mula-mula akan mengganggu saluran cerna dengan gangguan yang umum muncul di
antaranya muntah-muntah dan diare. Jadi, bahaya yang mesti diwaspadai
pertama kali dari penggunaan boorwater adalah intoksikasi atau keracunan
pada mata anak. Ernie menjelaskan, asam borat bisa menyebabkan gangguan
produksi air mata yang mengakibatkan mata jadi kering. Jika mata menjadi
kering akibat kekurangan dan ketiadaan air mata, maka mukosa lapis lendirnya
bakal mudah pecah dan tampaklah bercak-bercak kering.

Untuk memeriksa apakah mata seseorang kering atau tidak, menurut Ernie bisa
dilakukan dengan uji break up time (BUT), yaitu waktu terjadinya bercak
kering pada permukaan kornea sesudah satu kedipan. Bercak kering ini mudah
terjadi bila jumlah air mata berkurang. Dengan kata lain, uji BUT mengukur
secara kasar mutu dan stabilitas lapisan lendir mata. BUT mata normal
berkisar antara 15-45 detik. Bila angkanya lebih kecil dari 10 berarti mata
tidak normal karena lapis lendirnya gampang pecah yang membuat mata kering.
Lazimnya uji BUT dilakukan pada penderita keratokonjungtivitis sika atau
kekurangan lapis lendir dan radang mata menahun. Khusus untuk
keratokon-jungtivitis sika, kadang dilakukan pula uji Schirmer untuk menilai
mutu air mata yang tidak tergantung pada kadar lapis lendir. Ernie
menjelaskan bahwa mereka yang terkena gangguan mata kering akibat produksi
air matanya berkurang, permukaan matanya akan mengalami iritasi.

Gejala-gejala yang timbul karena kondisi tersebut bisa beragam, seperti mata
terasa panas, gatal, perih, memerah, mengganggu serta mengganjal saat mata
mengedip. Kornea mata pun jadi keruh yang mengakibatkan gangguan pada
penglihatan, semisal tak bisa lagi menangkap bayangan gambar dengan baik.
Saat membaca, anak akan sulit membaca tulisan-tulisan yang ada di buku
tersebut karena pandangannya kabur. Dampak lain yang lebih parah dari
penggunaan boorwater adalah mudahnya anak terkena infeksi, seperti trachoma
yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan.

Dalam jangka panjang, gangguan ini akan menjalar ke kornea mata anak. Kalau
gangguannya sudah terbilang amat parah, apa boleh buat mata yang rusak mesti
diangkat. Sementara menurut Erni pun penggunaan boorwater pada kulit yang
luka tidak dibenarkan. Memang dalam jangka pendek kulit yang terluka itu
jadi lebih cepat kering. Tapi Ernie mengingatkan bahwa kulit yang terluka
merupakan “pintu masuk” bagi asam borat yang bersifat membahayakan tubuh.
Para pakar pun, tukasnya, kini banyak yang meragukan efektivitas boorwater
sebagai pengobat luka.

MAKIN PEKAT
Parahnya lagi, tukas pengajar dan peneliti dan peneliti di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ini, kandungan ideal sebesar 3% dalam
boorwater bisa meningkat karena beberapa faktor. Salah satunya karena botol
yang dipakai sebagai wadah boorwater tidak tertutup rapat dan menyebabkan
air pelarutnya menguap. Akibatnya, kepekatan asam borat dalam air yang
tersisa semakin meningkat. Dampak negatif setiap tetes boorwater pun akan
semakin tinggi. Penyimpanan yang tidak bersih juga bisa menimbulkan dampak
negatif lain. Boorwater bisa terkontaminasi oleh kuman dan bakteri. Jadi,
alih-alih membuat mata sehat, boorwater yang tidak steril malah bisa membuat
gangguan mata jadi lebih parah. Mata yang mulanya hanya sedikit memerah
karena terkena debu malah jadi terinfeksi oleh kuman dan virus.

Namun Ernie mengakui hingga saat ini di Indonesia belum ada penelitian
tentang dampak negatif boorwater, baik pada mata maupun pada organ tubuh
lain. Meski begitu ada baiknya bila khalayak melakukan tindak pencegahan
terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh penggunaan boorwater.

TIPS PENGGUNAAN BOORWATER
Berikut beberapa tips dari Ernie seputar penggunaan boorwater:
* Waspadai keberadaan boorwater yang masih banyak beredar di pasaran. Penggunaannya sebaiknya dibatasi hanya sebagai pengompres kulit. Namun, hindari penggunaan secara langsung pada kulit yang luka. Mencuci kulit yang terluka, cukup dengan air bersih.
* Bila mata kelilipan entah kemasukan pasir, bulu mata, atau debu, tidak perlu harus dicuci dengan boorwater. Air bersih saja sudah cukup.
* Penggunaan boorwater sebaiknya tidak lebih dari seminggu. Dikhawatirkan,pemakaian yang melebihi tenggang waktu ini menyebabkan peningkatan konsentrasi asam borat di lokasi pemakaian. Sementara kesterilannya juga tidak bisa terjamin.
* Meski keluhan mata kering akibat pemakaian boorwater lebih banyak dialami anak-anak, ada baiknya hindari pula pemakaian pada kalangan dewasa.

0 komentar:

Posting Komentar