Kerja di rumah
Home » » Pendidikan Seks Perlu untuk Mahasiswa (Suara Merdeka)

Pendidikan Seks Perlu untuk Mahasiswa (Suara Merdeka)

02 Mei 2010 | 15:42 wib | Daerah

Pendidikan Seks Perlu untuk Mahasiswa

Solo, CyberNews. Perkembangan moralitas yang makin mengenaskan di berbagai kota mendorong Pusat Studi Kesehatan Seksualitas (PSKS) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) mengusulkan agar pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi masuk di MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum).

"Sudah saatnya dipikirkan masalah itu, untuk memberikan pengetahuan yang benar kepada mahasiswa, agar mengenal masalah reproduksi dan seksual secara benar," kata dr Istar Yuliardi, Kepala PSKS UNS, Minggu (2/5).

Saat seminar soal kesehatan reproduksi bersama BKKBN, dimunculkan hasil penelitian di Yogyakarta dan Lampung, yang menyatakan ada 87 % mahasiswa sudah melakukan hubungan badan dengan pacar. Untuk remaja SMP-SMA angkanya 67 %.

Kondisi itu sangat mengkhawatirkan karena kebanyakan mereka memperoleh pengetahuan seksual dari teman sebaya. Akibatnya karena sama-sama tidak tahu, yang terjadi coba-coba dan mengakibatkan pelanggaran norma. "Mestinya pengelola universitas mendesak Kemendiknas agar memasukkan masalah itu untuk mata kuliah pilihan di MKDU. Dengan demikian, mahasiswa akan belajar dan mengetahui betul soal itu," kata dia.

Selama ini, membicarakan seksual selalu dianggap tabu. Orang tua justru yang sering menabukan soal itu, sehingga sangat jarang berkomunikasi dengan anak berkaitan dengan persoalan seksual. "Padahal reproduksi bukan hanya berkutat pada soal coba-coba seksual saja. Namun itu hanya bagian kecil saja dari keseluruhan kesehatan reproduksi. Ini yang tidak dimengerti dan diberikan secara lengkap," lanjutnya.

Kalau masuk di perkuliahan, maka mau tidak mau mahasiswa akan mengikuti. Kalau seluruh mahasiswa wajib mengambil mata kuliah ini, hasilnya tentu akan berbeda. Sebab paling tidak mereka mengerti secara detail apa resiko dan tanggung jawab yang harus dilakukan jika melanggar.

Kepala BKKBN DR Sugiri Syarif MPA menambahkan, kalangan kelompok agama termasuk yang belum mengizinkan masalah itu. Mereka berpandangan, jika itu dibahas dan menjadi pelajaran wajib, justru mendorong remaja mempraktekkan. "Menurut kami, justru sebaliknya. Karena mereka tidak hanya mengerti sebagian saja, justru mereka diharapkan akan berpikir panjang sebelum coba-coba. Mereka harus menanggung seluruhnya, akibat perbuatan tersebut," katanya.

Dia mencontohkan, kesehatan reproduksi berkaitan pula dengan berbagai penyakit seksual, penyimpangan, bahkan tanggung jawab merencanakan sebuah keluarga yang bahagia di masa depan.

"Jadi kita memberikan pemahaman menyeluruh soal perencanaan membentuk keluarga bahagia, yang salah satu bagiannya juga menyangkut seksual. Ini yang betul," kata dia.

( Joko Dwi Hastanto /CN13 )

Powered by Telkomsel Blackberry


0 komentar:

Posting Komentar