Home » » Penderita Sakit 'Keras' pun Bisa Sekolah! - lifestyle.okezone.com

Penderita Sakit 'Keras' pun Bisa Sekolah! - lifestyle.okezone.com

BAGI orangtua, memiliki anak yang mengalami sakit keras -sakit jantung, kanker darah atau kanker otak- tentu mengkhawatirkan. Belum lagi perasaan si kecil yang menjadi pesakitan, bisa jauh lebih menakutkan. Namun, bukan berarti dia tak bisa mengecap pendidikan layaknya anak-anak lain.

Inilah tugas Moms and Dads untuk merencanakan pendidikan si kecil. Jangan patah semangat, jadikan kondisi tersebut sebagai tantangan tersendiri. Ingat, ciptakan suasana belajar yang natural agar anak tak merasa “berbeda”.

Untuk mengetahui tentang hal ini, berikut ulasan dari psikolog RSUNP Cipto Mangunkusumo Herlina Liem Psi, seperti:

Sekolah di Rumah

Mengingat anak tak bisa belajar di sekolah umum, home schooling merupakan pilihan paling bijaksana.  Metoda pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif memberi banyak keleluasaan bagi anak untuk menikmati proses belajar. Ia pun tidak merasa tertekan dengan tugas dan beban-beban yang terkondisikan oleh target kurikulum.

Setiap siswa diberi kesempatan untuk terjun langsung memelajari materi yang disediakan, tak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang dibahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya ilmu pengetahuan alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan melalui benda-benda yang mereka lihat sehari-hari. Ingat Moms, pilihlah program home schooling yang sesuai dengan keadaan kesehatan, kebutuhan dan karakter si kecil.

Lebih Memberi Kehangatan

Seperti kurikulum di sekolah umum, sistem ini juga menyediakan pendidikan moral atau keagamaan. Pun lingkungan sosial dan suasana belajarnya cenderung lebih baik, utamanya waktu belajar yang lebih fleksibel. Hal yang terpenting adalah, metoda belajar jenis ini mampu memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran si kecil yang sakit parah. Bullying dan pelecehan terhadap kondisi kesehatan anak yang mungkin terjadi jika belajar di sekolah formal dapat dihindari.

Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti seni dan olahraga. Memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik dan tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Sehingga anak tak akan bosan meskipun bersekolah di rumah atau bahkan di rumah sakit.

Kekurangan Bersekolah di Rumah

Beberapa kekurangan harus siap dihadapi ketika home schooling dijadikan sebagai alternatif pendidikan, seperti tidak ada kompetisi atau persaingan. Inilah yang menyebabkan si anak tidak bisa membandingkan kemampuannya dengan anak-anak lain seusianya. Belum lagi si anak yang merasa tidak cocok diajar oleh orangtua sendiri. Apalagi jika memang Anda tidak punya pengalaman mengajar sebelumnya.

Kekurangan lainnya, anak kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Satu lagi, biaya home schooling juga menjadi salah satu kekurangan. Bisa dipastikan biaya untuk memberikan pendidikan home schooling lebih besar pendidikan di sekolah umum. Sebaiknya Anda pisahkan antara pos biaya pengobatan – jika sewaktu-waktu harus dirawat lagi di rumah sakit - si kecil dengan pos biaya sekolahnya.

Bagaimana dengan Sosialisasi Anak?

Sosialisasi memang suatu hal yang paling sering dijadikan alasan untuk meragukan home schooling. Orangtua beranggapan anak yang bersekolah di rumah tidak bisa bersosialisasi. Padahal, kalau kita mau lihat lebih detil lagi, sebenarnya anak yang bersekolah di rumah justru memiliki kesempatan lebih luas untuk dapat menghabiskan waktunya bersosialisasi lintas usia. Anak-anak jadi tahu bagaimana caranya bersosialiasi dengan orang-orang yang berbeda usia. Tak kalah penting, suasana belajar yang santai akan menumbuhkan keceriaan dan mempercepat proses penyembuhan anak.

0 komentar:

Posting Komentar